Saturday, June 21, 2008

Ilmu Ma'rifat, menajamkan mata hati

Ma'rifat adalah tingkat penyerahan diri kepada Allah secara berjenjang, secara tingkat demi setingkat sehingga sampai kepada tingkat keyakinan yang kuat. Orang yang memiliki ilmu ma'rifat dianggap sebagai orang yang 'arif', karena ia bisa memikirkan dalam-dalam tentang segala macam liku-liku kehidupan di dunia ini.

Oleh karena itu jika kita bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu ma'rifat, maka akan meraih suatu karomah. Karomah adalah keistimewaan yang tidak dimiliki orang awam. Bentuk karomah tersebut adalah mata hati kita menjadi awas dan indra keenam kita menjadi tajam. Jika indra keenam menjadi tajam, kita akan dapat mengetahui sesuatu yang tersembunyi di balik peristiwa.

Orang yang mata hatinya dan indra keenamnya tajam, maka ia dapat masuk ke dalam hal-hal yang dianggap gaib (tersembunyi). Orang yang arif (memiliki ilmu ma'rifat), suka memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah dengan mata kepalanya, kemudian ia merenungkan dengan mata hatinya.

Orang ma'rifat jika melakukan sesuatu atau memutuskan sesuatu menggunakan nuraninya daripada hawa nafsunya. Ia tahu betul, apakah hawa nafsu yang mempengaruhi dirinya atau nuraninya yang berkata. Oleh karena itu, orang yang sudah menduduki tingkat ini, selalu tajam indera keenamnya. Ia tahu sesuatu yang merugikan bagi dirinya meskipun tampak seakan-akan menguntungkan. Ia pun tau apa yang menguntungkan, meskipun seakan-akan tampak seperti merugikan.

Maka, jangan heran, kadang-kadang orang awam memandang sesuatu itu baik dan menguntungkan, namun bagi orang ma'rifat (orang yang tajam indera keenamnya), dipandang sebagai sesuatu yang membahayakan.

Melihat kebaikan dan keburukan dengan mata kepala saja tidak akan dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sesuatu yang elok dipandang mata kadang-kadang hanyalah tipuan belaka. Sesuatu yang buruk dipandang mata, kadang-kadang tersimpan sesuatu yang menguntungkan. Maka betapa pentingnya jika kita berlatih untuk mempertajam mata hati dan indera keenam.

Buta mata belum tentu membahayakan bagi kehidupan kita. Karena banyak orang yang buta matanya, tetapi masih mampu melakukan sesuatu yang terbaik bagi dirinya. Bahkan ia mempunyai keistimewaan, yakni lebih awas daripada kita yang memiliki mata normal. Namun jika mata hati telah buta, maka pertanda hancurlah kehidupan kita, baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.

Orang yang buta hatinya, seringkali merasa kecewa dalam menghadapi liku-liku kehidupannya, karena ia sering gagal dalam mengambil keputusan. Keputusannya lebih banyak meleset. Sebab, yang digunakan untuk mengambil keputusan lebih didasarkan pada penglihatan mata dan akal yang dipenuhi hawa nafsu. Jadinya, ia kurang cermat dan kurang hati-hati. Ia mudah terkecoh dengan fatamorgana serta khayalan-khayalannya sendiri.

"Dan barang siapa yang buta mata hatinya di dunia ini, maka buta pula di akhirat, jauh tersesat jalannya."

"Sesungguhnya, bukan matanya yang buta, tetapi mata hatinyalah yang buta, yang berada di rongga dadanya."

Oleh karena itu, betapa pentingnya kita mempelajari ilmu ma'rifat. Dengan ilmu ma'rifat, hati dan alam bawah sadar kita terhindar dari 'kebutaan'. Hati kita menjadi jernih sehingga setiap apa yang kita pikirkan dan kita lakukan akan mendatangkan hasil yang menguntungkan.

Orang yang ma'rifat, selalu berprasangka baik kepada siapapun. Ia juga selalu berprasangka baik kepada Allah swt. TIdak pernah berkeluh kesah dalam hidupnya. Ia selalu merasa dekat kepada Allah. Selalu merasa cinta, penuh harapan dan hatinya terasa senantiasa tenteram.

Ilmu ma'rifat mengantarkan kita kepada suasana hati ikhlas dalam berbuat apa saja, lebih-lebih beribadah kepada Allah. Ibadahnya dilakukan tanpa pamrih dan tanpa keinginan dipuji orang lain.

Orang-orang ma'rifat menganggap jika perbuatan dilakukan tidak dengan ikhlas, tetapi dengan pamrih, maka akan mengotori jiwanya. Jika jiwa kotor, hati akan berdebu. Bila hati berdebu berarti mata batin dan indera keenam telah buta.

Golongan orang-orang ini selalu menjaga hatinya dan alam bawah sadarnya agar tidak tercemar oleh debu-debu yang dapat membutakan. Karena itu, suasana hati orang-orang ma'rifat selalu tenteram karena selalu berprasangka baik kepada siapa pun, tidak membenci, tidak dendam, tidak iri hati, tidak sombong dan tidak riya'.

Sebab, sederetan penyakit semisal sombong, benci, dendam, iri hati dan sebagainya merupakan letupan emosi, bukan nurani yang berbicara, melainkan nafsu keserakahan.

Jika kita telah mendalami ilmu ma'rifat dengan bersungguh-sungguh, maka akan dapat melihat betapa diri kita menjadi orang yang luar biasa. Mungkin kita akan terheran-heran. Karena jika ilmu ma'rifat telah dikuasai, maka seseorang akan dapat mengenal Allah, sehingga antara dirinya dan Allah seakan-akan tidak ada batas/perantara, sehingga seakan-akan mampu berhubungan langsung.

Disamping itu, kita akan dapat dengan mudah menyerahkan hawa nafsu menurut kehendak Allah. Kita merasa tidak punya hak untuk memiliki, sekalipun pada diri sendiri. Karena menyadari segala sesuatu yang ada di dunia ini hanyalah milik Allah, termasuk nyawa kita.

Diambil dari buku Telaga Ma'rifat, karya Syaikh Ibnu 'Athoillah
copy dari :http://irdy74.multiply.com

Friday, June 20, 2008

Membuka Hati

BismillahirRahmanirRahiim

Wahai manusia, apa pun diri kalian, dari mana pun kalian datang,
Apakah kalian ingin lebih mengetahui perihal Keenam, Ketujuh, atau bahkan lebih banyak lagi titik-titik halus yang terdapat pada tubuh eterik (tak terlihat secara kasatmata) kalian?
Apakah kalian ingin lebih mengetahui perihal Ketujuh, Kedelapan, Kesembilan atau bahkan lebih banyak lagi Realitas Hakikat yang berada dalam kalbu kalian?
Apakah kalian ingin lebih mengetahui secara mendalam perihal ke-25, ke-26. ke-27 atau bahkan lebih banyak lagi hikmah-hikmah tersembunyi para nabi, mulai (nabi) Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Dawud, Ilyas, hingga Isa al-Masih dan Saudara mereka Sang Nabi Terakhir Muhammad (saw)?
Yang semua (hikmah-hikmah itu) berada dalam tiap kalbu.
Apakah kalian ingin mengetahui hikmah-hikmah para wali Allah tanpa pernah mendengar atau membacanya dalam buku manapun jua sebelumnya?

(Bila ya) maka lihatlah dirimu sendiri sebelum melihat kesalahan orang lain,
Pandanglah kedalam batinmu sebelum memandang sekeliling,
Bersihkan niatmu sebelum berkata dan bertindak,
Tolak segala bentuk suap,
Kosongkan hatimu dari kotoran-kotoran hati dengan terus zikir hening tanpa suara dalam kalbu
Jangan pernah bicara tentang Keruhanian berdasarkan apa yang ego/nafsu-mu kira atau katakan
Bicaralah tentang hal itu hanya bila kalian telah benar-benar mendengar dan melihat sendiri Cahaya (Ruhaniah tak kasatmata) itu melalui mata-hati kalian
Lebih baik berkata: saya tidak tahu, saya seorang hamba yang daif (lemah)
Daripada menyenangkan ego/nafsu-mu, si naga besar dalam dirimu
Jujurlah meski orang lain tidak, Tulus-ikhlaslah meski orang lain tidak bisa, Rendah hatilah,
Jangan pernah memandang dirimu lebih tinggi atau lebih baik daripada yang lainnya
Bahkan terhadap mereka-mereka yang tidak beriman
(Karena) hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui (segala isi) Hati dari semua ciptaan-Nya
Mana yang tidak beriman atau (mana) yang benar-benar beriman
Allah sajalah Yang Maha Mengetahui-nya
Innallaaha 'aalimu ghaibis samaawaati wal ardh
Innahuu 'aliimum bi dzaatis suduur

Amalkanlah itu (semua) tahap demi tahap dan dengan terus menerus
Dengan begitu hatimu akan terhubung (terkoneksi) dan diajar oleh satu, beberapa, atau (bahkan) banyak guru
Seperti Syams dan Abul Hassan 'Ali al-Kharqani yang telah mengajarkan Rumi melalui mata-hatinya
Seperti Tayfur Abu Yazid al-Bisthami yang telah mengajarkan al-Kharqani melalui mata-hatinya
Seperti Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir yang telah mengajarkan Abu Yazid melalui mata-hatinya
Dan seperti semua guru-guru sejati lainnya (yang hidup) sesudah dan sebelum beliau-beliau itu
Ya seperti 'Uways al-Qarani yang telah diajarkan oleh Nabi Suci Muhammad (saw)
Meskipun beliau-beliau (berdua) itu tidak pernah saling bertemu secara fisik tapi secara spiritual ya
Seperti itulah kalian dapat terhubung (terkoneksi secara spiritual/rabitha) dan diajar

Semoga Allah mengampuni saya, hamba yang daif ini, dan merahmati Anda.

Terjemahan bebas dari kutipan kata-kata hikmah Wiyoso Hadi
Penulis Buku Catatan Harian Membuka Hati, diterbitkan atas
Kerjasama Penerbit Hikmah Grup Mizan dan PH Pro Indonesia
dicopy dari: http://irdy74.multiply.com

Friday, May 30, 2008

Rahasia Terbesar

Rahasia terbesar dalam hidup ini adalah perihal kematian. Kematian adalah peristiwa terlepasnya nyawa dari tubuh menjadikan kematian sebuah rahasia yang tidak terungkap bagi orang yang masih hidup. Namun ada banyak pembelajaran yang bisa diperoleh, hikmah, nasehat untuk mempersiapkan diri sebelum mati.